Suatu Patung Pieta tanpa Kristus
Judul buku: Dr. Edith Stein, Sr. Teresa Benedikta dari Salib, Kurban untuk Bangsanya
Penulis: Sr. M. Emerentia, OP
Alih bahasa: Biara Karmel Lembang
Tahun terbit: 1998
Tebal: 50 hlm.
'Edith bangkit dan diantar ke pintu gerbang klausura. Para suster yang bercadar menyambutnya di sana sambil memegang lilin bernyala. Seorang suster memegang salib dan dengan kecupan di pintu gerbang kepada Dia yang tersalib, ilmuwan tersohor itu menolak semuanya yang bukan Yesus' (hlm. 28).
Kutipan indah itu hanya sebagian kecil dari buku tentang riwayat Dr. Edith Stein, atau yang kemudian dikenal sebagai Sr. Teresa Benedikta dari Salib. Bahasa yang digunakan sederhana, indah, sehingga mudah dibaca. Pembaca diajak untuk mengenal Edith lebih mendalam, juga melalui penilaian orang-orang terdekatnya.
Situasi mencekam terasa saat Edith bersama ribuan orang Yahudi lain berada di dalam kamp konsentrasi Nazi. Di tengah situasi yang sangat menekan, Edith menunjukkan keutamaan pribadinya. 'Sr, Benedikta berkeliling di antara ibu-ibu, menghibur, menolong, menenangkan, bagaikan seorang malaikat. Ia sibuk dengan memandikan & merawat, dan dengan demikian ia memberi contoh pengabdian yang tak kenal lelah yang begitu baik, yang mengherankan semua orang' (hlm. 44).
'Ia sangat sedih, tidak takut, tetapi tak dapat kukatakan yang lain daripada bahwa ia memberi kesan harus memikul beban berat penderitaan, yang bahkan bila ia tersenyum, orang merasa lebih sedih lagi. Ia memikirkan penderitaan yang akan datang, bukan penderitaannya sendiri. Seluruh penampilannya memberi aku kesan bila membayangkannya lagi: suatu patung pieta tanpa Kristus' (hlm. 46).
Tanggal 7 Agustus 1942, bersama lebih dari seribu orang Yahudi, Edith diberangkatkan dengan kereta api menuju Auschwitz. Matahari bersinar terang. "Aku di perjalanan ke arah Timur!" begitu salamnya yang terakhir. Timur, ad orientem, menuju kepada terang. Dua hari kemudian ia wafat di kamar gas Auschwitz.
Penulis: Sr. M. Emerentia, OP
Alih bahasa: Biara Karmel Lembang
Tahun terbit: 1998
Tebal: 50 hlm.
'Edith bangkit dan diantar ke pintu gerbang klausura. Para suster yang bercadar menyambutnya di sana sambil memegang lilin bernyala. Seorang suster memegang salib dan dengan kecupan di pintu gerbang kepada Dia yang tersalib, ilmuwan tersohor itu menolak semuanya yang bukan Yesus' (hlm. 28).
Kutipan indah itu hanya sebagian kecil dari buku tentang riwayat Dr. Edith Stein, atau yang kemudian dikenal sebagai Sr. Teresa Benedikta dari Salib. Bahasa yang digunakan sederhana, indah, sehingga mudah dibaca. Pembaca diajak untuk mengenal Edith lebih mendalam, juga melalui penilaian orang-orang terdekatnya.
Situasi mencekam terasa saat Edith bersama ribuan orang Yahudi lain berada di dalam kamp konsentrasi Nazi. Di tengah situasi yang sangat menekan, Edith menunjukkan keutamaan pribadinya. 'Sr, Benedikta berkeliling di antara ibu-ibu, menghibur, menolong, menenangkan, bagaikan seorang malaikat. Ia sibuk dengan memandikan & merawat, dan dengan demikian ia memberi contoh pengabdian yang tak kenal lelah yang begitu baik, yang mengherankan semua orang' (hlm. 44).
'Ia sangat sedih, tidak takut, tetapi tak dapat kukatakan yang lain daripada bahwa ia memberi kesan harus memikul beban berat penderitaan, yang bahkan bila ia tersenyum, orang merasa lebih sedih lagi. Ia memikirkan penderitaan yang akan datang, bukan penderitaannya sendiri. Seluruh penampilannya memberi aku kesan bila membayangkannya lagi: suatu patung pieta tanpa Kristus' (hlm. 46).
Tanggal 7 Agustus 1942, bersama lebih dari seribu orang Yahudi, Edith diberangkatkan dengan kereta api menuju Auschwitz. Matahari bersinar terang. "Aku di perjalanan ke arah Timur!" begitu salamnya yang terakhir. Timur, ad orientem, menuju kepada terang. Dua hari kemudian ia wafat di kamar gas Auschwitz.
Comments
Post a Comment