Posts

Jiwaku Muliakan Tuhan

Image
Judul: Jiwaku Muliakan Tuhan Penulis: A. Mintara Sufiyanta, SJ Penerbit: Obor Tahun terbit: 2013 Tebal: 90 halaman Buku ini memberikan penjelasan yang sangat baik tentang Magnificat. Magnificat adalah kidung solidaritas. Magnificat mengungkapkan secara tajam solidaritas dan keberpihakan Allah kepada yang miskin dan lemah. Kita semua yang bersatu hati di dalam solidaritas dengan yang miskin, ditindas dan diperlakukan tidak adil, memiliki penghiburan besar berkat penyertaan Bunda Maria. Iman kita ditantang untuk berani menyuarakan kidung solidaritas dalam hidup dan karya kita, membongkar kedok-kedok kelaliman, meretas struktur-struktur dan belenggu ketidakadilan, serta memihak yang miskin-menderita dan ditindas oleh para penguasa. Itulah bentuk konkret bahwa kita bersatu hati dengan Bunda Maria mendaraskan Magnificat sebagai kidung solidaritas.

Suatu Patung Pieta tanpa Kristus

Image
Judul buku: Dr. Edith Stein, Sr. Teresa Benedikta dari Salib, Kurban untuk Bangsanya Penulis: Sr. M. Emerentia, OP Alih bahasa: Biara Karmel Lembang  Tahun terbit: 1998 Tebal: 50 hlm. 'Edith bangkit dan diantar ke pintu gerbang klausura. Para suster yang bercadar menyambutnya di sana sambil memegang lilin bernyala. Seorang suster memegang salib dan dengan kecupan di pintu gerbang kepada Dia yang tersalib, ilmuwan tersohor itu menolak semuanya yang bukan Yesus' (hlm. 28). Kutipan indah itu hanya sebagian kecil dari buku tentang riwayat Dr. Edith Stein, atau yang kemudian dikenal sebagai Sr. Teresa Benedikta dari Salib. Bahasa yang digunakan sederhana, indah, sehingga mudah dibaca. Pembaca diajak untuk mengenal Edith lebih mendalam, juga melalui penilaian orang-orang terdekatnya. Situasi mencekam terasa saat Edith bersama ribuan orang Yahudi lain berada di dalam kamp konsentrasi Nazi. Di tengah situasi yang sangat menekan, Edith menunjukkan keutamaan pribadinya. 'Sr, Benedikt...

Semua Tiada Berarti Lagi

Image
Aku gembira dikaruniai banyak bakat dan kesempatan untuk mengembangkannya. Sepanjang hidupku, banyak yang sudah kucoba lakukan & geluti. Hal-hal itu memberikan kegembiraan, kebanggaan, bahkan identitas.. bahwa aku adalah 'seseorang'.. bahwa aku punya sesuatu untuk dilakukan. Seiring berjalannya waktu, hal-hal itu menjadi tak berarti lagi. Bukan karena jenuh atau bosan, a tau tak lagi mampu memaknainya, namun karena ternyata hal-hal itu bukanlah yang terutama. Betapa gembira menyadari, bahwa bukan prestasi atau pencapaian yang penting, namun justru sebaliknya.. ketika dengan semua itu aku dapat mengatakan bahwa kesemuanya tidaklah berarti. Aku mengalami kebebasan, kekosongan yang penuh, kehampaan yang sarat sukacita. Aku memandang bunga rumput kecil di trotoar jalan, melihat betapa gembira ia menggoyangkan kelopaknya.

Benih Kecil di Tangan Allah

Image
Sekelompok suku terpencil di Papua Nugini menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk mencari makan. Bagaimana tidak, dengan pola hidup nomaden, mereka harus terus mencari bahan pangan yang bisa ditemukan. Butuh waktu tiga hari untuk mengolah sagu, dan makanan itupun habis kurang dari seminggu. Terpaksa, mereka kembali berpindah dan mencari sumber pangan lain. Berb eda halnya dengan suku Maya di Amerika Tengah. Lelah berpindah-pindah, mereka lantas memikirkan cara agar punya sumber daya pangan yang tetap. Mereka pun mulai bertani dan beternak. Masa hidup yang semula tersita untuk berpindah-pindah, kini tersisa banyak. Waktu itulah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan hidup: menulis, seni, dan sastra. Kebudayaan mereka pun berkembang. Dalam hidup rohani, barangkali tanpa disadari, kita pun kerap menghabiskan waktu untuk mencari dan berusaha menemukan Allah. Sebagian besar waktu habis untuk itu, namun pada akhirnya kita tetap merasa kekurangan dan selalu ingin mencari lagi. Butuh...

Google Earth dan Jiwa-jiwa yang Mengembara

Image
Satu aplikasi yang aku suka, terutama saat sakit atau istirahat, adalah Google Earth. Sambil tiduran, dengan HP di tangan, kita bisa menjelajahi bumi. Aku bisa melihat rumah orangtuaku di Malang, rumahku dulu di Surabaya yang tampaknya sekarang sudah dibongkar, bahkan aku berusaha menemukan danau di kaki gunung Semeru yang pernah kusinggahi. Tidak selalu berhasil menemukan yang kita cari, membuahkan kearifan bahwa perubahan telah dan pasti akan terjadi. Danau yang tak lagi sama, barangkali karena perubahan ekosistem. Rumah yang tak lagi ada, mungkin karena modernitas & kemajuan. Betapa senangnya menyusuri jejak-jejak kenangan, masa silam, yang mengantar kita ke masa kini maupun masa depan. Suatu hal yang pasti: kita terus berjalan. Aku jadi teringat St Teresia Lisieux, yang kendati hanya tinggal di biara dalam keadaan sakit, menjadi orang kudus pelindung misi. Google Earth hanya membantu kita menyusuri bumi.. namun jiwa-jiwa yang mengembara adalah teman peziarah dalam menyusuri k...

Kontemplasi dalam Doa, Persaudaraan dan Pelayanan

Image
Kontemplasi dalam Doa           Dalam prikop Kitab Suci: Lukas 6:12-19, ditampilkan gunung kehidupan Yesus; mengarahkan kita untuk mendaki gunung Karmel. Puncak gunung itu adalah doa. Doa bukan pertama-tama menyelesaikan suatu rumusan doa, melainkan 'saya mengalami Allah yang mengubah saya'. Tuhan mengubah kita dalam doa. Inilah pengalaman kontemplasi dalam doa; kita melihat rencana Tuhan dalam doa kita.      Yesus semalam-malaman berdoa. Yesus tidak mengubah, melainkan mengamini rencana Bapa. Banyak orang tidak mau berdoa lagi karena merasa Tuhan tidak mengabulkan harapan mereka.      Orang bergulat dalam doa. Jika bertahun-tahun doa tidak dikabulkan, apalagi jika tidak berdoa? Kita belajar untuk melihat rencana Tuhan dalam kehidupan. Itulah kontemplasi dalam doa.      Allah tetap sama sejak dahulu, sekarang dan selamanya. Kita-lah yang akan diubah dalam Dia. Kita berproses, seperti digambarkan oleh S...

Karisma Karmel

Image
     Sebagai  Karmelit Awam , apa karisma Karmel yang kita temukan? Bagaimana kita menghayatinya?      Satu inti yang mendasari karisma Karmel adalah kontemplasi. Inti inilah yang kita hayati. Karisma ini adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah kepada para karmelit.      Karisma adalah anugerah Allah. Spiritualitas adalah tanggapan terhadap karisma; cara kita menghayati karisma. Cara karmelit adalah dengan doa, persaudaraan dan pelayanan. Yang membedakan dengan komunitas lain tampak dalam kontemplasi. Perwujudannya adalah doa kontemplatif, persaudaraan kontemplatif, dan pelayanan kontemplatif.      Hidup kontemplatif tidak selalu terkait dengan doa atau pertapaan. Kontemplatif berarti memiliki mata dan hati yang baru; melihat segala sesuatu, setiap peristiwa dengan mata Allah. Inilah yang akan mengantar orang pada pengalaman akan Allah.      Hidup kontemplatif tidak mudah, karena orang ditantang...