Kontemplasi dalam Doa, Persaudaraan dan Pelayanan

Kontemplasi dalam Doa     
     Dalam prikop Kitab Suci: Lukas 6:12-19, ditampilkan gunung kehidupan Yesus; mengarahkan kita untuk mendaki gunung Karmel. Puncak gunung itu adalah doa. Doa bukan pertama-tama menyelesaikan suatu rumusan doa, melainkan 'saya mengalami Allah yang mengubah saya'. Tuhan mengubah kita dalam doa. Inilah pengalaman kontemplasi dalam doa; kita melihat rencana Tuhan dalam doa kita.
     Yesus semalam-malaman berdoa. Yesus tidak mengubah, melainkan mengamini rencana Bapa. Banyak orang tidak mau berdoa lagi karena merasa Tuhan tidak mengabulkan harapan mereka.
     Orang bergulat dalam doa. Jika bertahun-tahun doa tidak dikabulkan, apalagi jika tidak berdoa? Kita belajar untuk melihat rencana Tuhan dalam kehidupan. Itulah kontemplasi dalam doa.
     Allah tetap sama sejak dahulu, sekarang dan selamanya. Kita-lah yang akan diubah dalam Dia. Kita berproses, seperti digambarkan oleh St Teresa dari Avila dengan perubahan ulat menjadi kupu-kupu. Setiap orang dapat berada di tingkat yang berbeda-beda.
     Tiga tahap hidup rohani: via purgativa (jalan pemurnian, malam gelap indera), via iluminativa (kacamata iman), via unitiva (bersatu dengan Allah).

Kontemplasi dalam Persaudaraan
     Yesus membentuk komunitas; Ia tidak mau bekerja sendirian. 'Saya datang bukan untuk mengubah komunitas, tapi komunitas yang memperbarui saya. Semangat hidup Karmelit Awam mempengaruhi saya, mengubah hidup saya'. Nilai-nilai pribadi yang tidak sesuai harus diubah, diperbarui.
     Ini bukanlah suatu hal yang gampang. Kita hadir untuk membangun, memperjuangkan komunitas. Ini adalah suatu perjalanan juga. Kita mungkin kecewa dengan anggota komunitas, namun baik juga direnungkan: apakah komunitas juga kecewa dengan kita?
     Yesus juga tidak gampang membangun komunitas dua belas Rasul. Yohanes dan Yakobus misalnya, punya ambisi besar tentang kekuasaan. Rasul yang lain punya sifat yang sombong, dan sebagainya. Perlahan-lahan, mereka berubah, bahkan mau menyerahkan nyawa sebagai martir.
     Nilai-nilai Karmelit Awam-lah yang harus menjadi pegangan kita.
     Correctio fraterna: dilakukan dari hati kita yang paling dalam, karena cinta, kita mau membuat orang lain tumbuh dan berkembang. Perlu dikembangkan relasi yang dapat saling mengerti. Kita mendoakan dan menerima nilai-nilai baik dalam diri setiap orang. Perlu juga kesadaran bahwa kita membutuhkan orang lain untuk melakukan mediasi agar memperoleh titik temu.
     Correctio fraterna tidak dilakukan untuk mencari pembenaran. Mulai dengan mendoakan berarti melibatkan Allah dan melihat persoalan dari sudut pandang iman.

Kontemplasi dalam Pelayanan
     Kuasa yang besar bekerja dalam diri Yesus dan para Rasul. Banyak orang datang kepada mereka dan disembuhkan. Pelayanan berarti pengalaman akan Allah yang menyembuhkan, menguatkan. Pelayanan membuat orang lain bertumbuh dalam iman, dikuatkan, diteguhkan, didoakan. Ia mengalami Allah secara konkret.
     Pelayanan apa yang telah kita lakukan, yang membuat orang merasa diteguhkan? Apakah orang merasakan ada kuasa yang keluar dan ia disembuhkan? Jika kita renungkan, kita tidak akan mengecewakan orang lain dalam pelayanan kita dan orang lain tidak merasa dikecewakan oleh kita.

(Pengajaran Rm Stefanus Buyung Florianus O.Carm untuk Komunitas Flos Carmeli, 12/2/2017)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jalan Ini Suci dan Baik, Tempuhlah Jalan Itu

Karisma Karmel

Suatu Patung Pieta tanpa Kristus